Selasa, 03 Februari 2009

surat untuk Amak 1

Duri, 4 Februari 2009

Menemui Amak
di Tanah Kelahiran

Assalamu'alaikum wr. wb.,

Salam sayang dan bakti dari anak Amak.

Adi ingin pulang. Udah rindu pada Amak. Ingin mencium tangan Amak.

Tetap doakan anak Amak ini, yang sedang berjuang menjadi anak yang soleh di umur yang terus merangkak dewasa. Tak terasa anak anak yang mada dulu sekarang udah berumur 30 tahun. Doakan Adi bisa menjalani kehidupan ini dengan padat amal soleh. Adi ingin doa Adi tergolong doa anak yang soleh, yang nanti Adi ingin doakan Amak masuk surga. Menurut Adi, Amak pantas menjadi salah satu bidadari di surga Allah.

Kenikmatan surga adalah sesuatu yang pasti walau banyak orang yang kesulitan untuk memahaminya. Dengan doa itulah mungkin Adi bisa membalas sedikit dari jasa Amak membesarkan. Sekarang Adi udah besar, punya anak-istri, rumah, pekerjaan. Adi tidak pernah membayangkan.

Adi sangat tahu betapa beratnya Amak dalam membesarkan kami yang lima orang. Tentu teramat pahit membesarkan lima anak yang masih kecil seorang diri. Hanya Allah saja yang sanggup membalas jasa Amak. Ya Allah, balaslah dengan surga. Amiin.

Kemarin baru. Masih sangat teringat semua masa kecil itu. Masih terbayang jelas masa berlupa. Setelah lama Adi renungkan, segala kepahitan hidup yang kami alami adalah sebuah karunia Allah tida berhingga. Kepahitan telah mengajar banyak hal kepada kami. Kami jadi tahu arti lapar/kelaparan, jadi tahu arti tidak punya, jadi tahu mensyukuri tiap makanan yang bisa kami dapatkan. Kesulitan mengajarkan Adi tahu/sadar bahwa hal-hal yang dipandang orang kecil, sebenarnya sebuah yang besar, suatu nikmat Allah yang luar biasa.

Sakit mengajari Adi untuk biasa sakit, bersusah. Tak ada kejutan berlebihan ketika dera masalah datang. Sudah terbiasa punya banyak masalah. Jadi terbiasa mendahulukan orang lain, karena sudah biasa mendahulukan adik-adik dalam banyak hal. Mau berkorban untuk untuk orang lain karena selama ini belajar berkorban untuk adik-adik. Tidak memandang tinggi dunia ini karena toh dengan kemiskinan yang mendera kami tetap bisa bertahan.

Kesusahan membuat Adi tahan susah, dan mudah-mudahan bisa tahan jika dapat karunia Allah berupa kesenangan. Amiin.

Ternyata tidak mudah menjadi anak soleh. Banyak perjuangannya, Mak. Yang paling berat adalah mengalahkan ego sendiri. Ego itu ingin ia dipuaskan, ingin selale menang, ingin selalu beruntung. Dalam beberapa hal konsep ingin selalu menang, ingin selalu beruntung,dll. ini tidak tepat. Keliahatannya merugi, tapi hakikatnya beruntung. Seperti berinfak. Tanpa merugi, tapi sebenarnya sangat beruntung. Ego susah memahami hal-hal yang abstrak seperti ini. Pertarungan hebat terjadi setiap hari. Kadang iman itu berkurang, citra kesolehan yang diperjuangkan menjauh.

Mak, tentu sangatlah beruntung menjadi orang soleh: disayang Allah, disayang manusia, disayang malaikat, disayang semua penduduk langit dan bumi, selain iblis dan anak keturunan plus bala tentaranya.

Orang soleh dapat istri soleha, dapat anak-anak yang santun, cerdas--soleh dan soleha. Allah mudahkan hidup/dunia ini bagi orang soleh. Allah ringankan bebannya. Kalaupun Allah uji dia dengan ujian yang berat, itu adalah jalan baginya untuk mendapatkan karunia Allah yang lebih besar/lebih melimpah lagi. Allah tolong dia menghadapi masalahnya itu. Orang dapat teman-teman orang soleh juga. Teman yang soleh adalah teman yang sebaik-baiknya.

Wallaahu a'lam.











Tidak ada komentar:

Posting Komentar