Kamis, 05 Februari 2009

Jambore Nasional Pandu SIT







Kami dari SMA IT Mutiara ikut serta dalam Jambore Nasional SIT, Juli 2008 di Bumi Perkemahan Cibubur Jakarta. Berikut cerita pengalaman dan kesan kami.

Tidak mudah bagi kami untuk sampai di Cibubur Jakarta dari Duri, Riau. Sebuah perjalanan panjang yang melelahkan.

Kami berangkat dengan menggunakan mobil. Ini karena terbatasnya dana yang kami miliki. Kasak-kusuklah Pak Qodri mencari bus yang bisa dicarter sampai ke Jakarta. Mulanya dapat bus ANS. Di tengah jalan, udah dekat ke hari H, sehari sebelum hari H, ANS membatalkan secara sepihak. Maka jungkir balik lagilah Pak Qodri mencari bus pengganti. Tak kunjung dapat.

Akhirnya dapatlah bus. Ia minta uang disetor Rp 6 juta. Uang pun disetor. Ternyata, bus yang katanya bagus, adalah barang rongsokan. Atapnya bocor, kursinya sudah pada bolong dan berkarat, sopir dan keneknya tak kalah jelek dari busnya. Mereka adalah para penipu.Perusahaan bus ini penipu besar. Mereka menjanjikan yang bagus, ternyata dikasih yang udah mau masuk tempat pembuangan sampah.

Bus sekalian supirnya disuruh pergi. Uang yang telah disetor kami minta kembali. Tapi, yang namanya penipu adalah para maling besar. Mereka makan uang itu dengan rakusnya. Mereka tak mau mengembalikan.


Anggota pandu SMA IT Mutiara yang akan berangkat sudah diminta bermalam sehari sebelumnya. Rencana semula kami akan berangkat habis subuh agar bisa nyampe di Jakarta agak siang/tidak kemalaman. Karena bus tak kunjung datang, sampai menjelang magrib kami belum juga berangkat. Akhirnya,setelah tiap orang yang hadir saat itu memutar otak, sampailah kepada keputusan berangkat memakai bus sekolah.

Semua sudah tegang. Orang tua yang mengantar kepergian anak-anak juga sudah pada ikut tegang. Hampir saja kami tidak jadi pergi. Pak gafar menegaskan tetap pergi. Ya, kami pun pergi, dengan segala duka dan suka yang bercampur aduk di dalam dada.

Udah menjelang malam. Bus yang membawa kami, sebanyak tiga bus, mulai merangkak meninggalkan almamater tercinta. Perjalanan panjang melelahkan menuju tanah Jawa dimulai.

Hingga melewati Riau, perjalanan aman-aman saja. Di Jambi mulai muncul masalah. Di Jambi sedang terjadi krisis BBM yang parah. Cadangan minyak di dlam tanki mobil tak seberapa. Ke mana pun mencari di sekitar kota Jambi, yang namanya minyak tak kami temukan. Orang udah antri dari pukul 5 subuh, sampai mejelang magrib belum juga dapat minyak.

Hari mulai merangkak malam. Kami bermenung di pinggir jalan. Masing-masing dipenuhi oleh pikiran tak menentu. Ternyata Allah sayang pada kami. Timbul ide untuk membeli minyak di pinggir jalan. Berapa yang ada di beli, yang penting bisa keluar dari Jambi. Ketika membeli minyak di pinggir jalan, ternyata tukang minyak itu memiliki cadangan minyak yang buanyak. Ia sanggup memenuhi semua tanki mobil kami. Harganya tentu naik. Tak apa, yang penting terus bergerak. Perjuangan ini tak mungkin dihentikan.






Palembang Lampung lancar aja. Sampailah kami di Bakaheuni. Siap menyeberang ke tanah Jawa. Cibubur! Kami segera tiba!

Kami menghirup udara Selat Sunda dalam-dalam. Ah, sedikit lega. Agak bisa istirahat meregang kaki, anggota badan yang telah kaku dua hari dua malam di atas mobil yang sempit. Kami poto-poto. Kami jadi gembira lagi. Rasanya semua kelelahan terobati.

Pak Qodri dan para Tetua berkumpul. Mereka membicarakan tentang dana yang mencemaskan. Hilangnya uang 6 juta tanpa tahu rimbanya tentu menakutkan. Banyak perencanaan anggaran yang amburadul. Kita berada jauh di negeri seberang, ke mana akan mengadu kalau uang untuk pulang tak ada lagi. Pembicaraan diliputi aroma kecemasan. Sementara para anggota pandu tak tahu, dan tak perlu tahu. Mereka asik bergambar. Senyum tawa penuh semangat menghiasi rona roman mereka.

Dengan semangat pantang mundur, rapat tetua memutuskan akan menghadapi apa pun yang terjadi. Allah tempat meminta tolong. Allaahuakbar!

Menginjak tanah Jawa. Kami memasuki jalan tol. Hari telah malam. Kembali masalah menyapa. Kami tidak tahu di mana Cibubur. Kami keluar masuk tol berkali-kali. Uang habis sekian untuk membayar tarif tol. Posisi kendaraan juga berpencaran. Kendaraan Mas Gino memisahkan diri.

Tekad baja dan pertolongan Allah juga yang kemudian membawa langkah kami menemukan Buper Cibubur. Kami bersorak gembira. Aduh Cibubur, sebegitu berat perjuangan kami untuk membawa cinta kepadamu!

Nah ini dia Buper Cibubur.

Hari telah pukul 2 dini hari. Tulang rasa mau lepas. Pekerjaan masih banyak. Kami harus segera membawa barang ke tenda. Mempersiapkan tenda. Untung, tenda telah didirikan oleh panitia. Kami tinggal menempati. Alhamdulillaah.

Perut kerocongan. Pak Yudi segera mengurus, cari nasi. Kami segera makan dengan mata mengantuk dan badan loyo. Capek la yau!

Dan.....
Kawan, yang putri juara I Lomba Jembatan Darurat. Yang putra Juara III. Alhamdulillah. Perjuangan kami happy ending.

Pulang. Banyak yang sakit, mabok berat. Semua pada teler.
Pak Qodri juga teler.
Esok harinya semua pada mencret. Pak Yudi Mencret. Bu Lena mencret berat. Bu Yuli Mencret super, hingga jadi kurus.

Cibubur kan kukenang dikau slalu!

Di Sana
Di seberang tanah kami
Kami berjuang
Mengukir nama almamater tercinta
Duka derita tiada kami peduli
Telah
Terukir sudah


YPIT MUTIARA JUARA UMUM JAMBORE NASIONAL SEKOLAH ISLAM TERPADU!
ALHAMDULILLAH. ALLAAHUAKBAR!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar